Selasa, 27 November 2012

Hei Kunang


apakah ini hanya fiktif belaka?
hanya sekadar angin lalu
hanya sekadar embun pagi
hanya sekadar ...
hei kunang, mengapa lenteramu meredup?
sekitarmu menjadi remang
harus meraba untuk bisa menggapai
jangankan menggapai, memikirkanmu pun...
sesak, ada yang mengganjal
terimbas dengan perihal
hei kunang, mengapa sayapmu tinggal sebelah?

KRIK

"Krik..Kriik...Kriiiiiiikkkk.."
"Berisik!"
"Krikkrikkrikkrik.."
"Tinggalkan aku sendiri! Bedebah! Aku sedang tak ingin menikmati senandungmu."
"Cekcekcekcek..!!!??"
"Hei! Kau juga sialan! Enyah dari langit-langit kamarku!"
"Ngiiiiiiiiinnnggg..nngggguuunggg..."
*Plak-Plak-Plok!!
"Rasakan! Mati kau, ini akibatnya jika berani macam-macam denganku. Haa.."
"Tinggakkan aku sendiri! Pergi! Bawa semua kawananmu, aku tak membutuhkan mereka sekarang."



-Malam panas, Hati menguap..

serapah


Aku benci mengatakan ini,
tapi aku tak tahan untuk menyerapah, tak tahan untuk menampar mukamu hingga memerah,
aku tak tahan untuk berteriak di telingamu kencang-kencang.
Hey, bebal, aku mencintaimu, sampai kapan kau pura-pura tidak tahu?!
Sadarkah kau?! Hah?

Jumat, 16 November 2012

BORNEO

Seringkali dihening malam sekadar merenenung, mengingat momen-momen indah masa lalu. Kenangan, di pulau Borneo. Rumah mungil, lantai kayu dingin licin, jendela kecil, serta jaringan TV kabel (?). Senyum Ibu, tawa Ayah, rengek adik dan rajukan ku.
Bahasa upin ipin (Melayu) bahasa keseharian. Layang-layang, kelereng, sepatu roda, mengail, sahabat, teman, hijau, panas, malaria, kura-kura, pohon jambu, kandang ayam super besar, anjing, sungai awan, kerang, tangis, gadis, menyimpang, canda, tawa, kesal, putus asa, penyesalan, mbah Bronjong dan entah apalagi..
Hahaha..pernahkah kalian mendapat uang saku Rp 50,-? Aku pernah! Dan rasanya..bahagia! Uang sebanyak itu cukup untuk membeli bakso satu bungkus kecil. Taman kanak-kanak, ya..masa dimana celana robek gara-gara tersangkut paku di seluncuran (?) saat dimana pup dicelana didalam kelas menjadi kebiasaan, suatu waktu yang terasa hanya riang canda~

Sekian dulu nanti dilanjut lagi~ =..=

Kamis, 15 November 2012

Hei! Hai! Hoi!





Hei!
apa saja kerjamu disana?
apa hanya sekadar memejamkan mata?
apa hanya duduk terkantuk?
mana janjimu ? mana hasil amanat yang telah kami berikan?

Hai!
kamu?!
ya kamu, yang disana?!
yang mengaku sebagai wakilnya para rakyat
apakah yang kalian kerjakan
sungguh, kami tak mengerti
kalian mengagung-agungkan demokrasi
berucap pro-rakyat,
tapi bertingkah laknat!

Hoi!!
kamu!
dengarkan ketika kami bicara!
pasang telinga sempurnamu yang telah Tuhan beri untukmu
jangan hanya bermimpi saja!
jangan hanya tunjangan yang kau bela habis-habisan!
pikirkan kami, ya kami para RAKYAT!


                                                                        Reza, April ‘12

Pelukan dan Kecupan Terakhir, Ibu


Pelukan dan Kecupan Terakhir”

Angin sore sepoi membelai rambut wanita paruh baya, senyum datar terlukis di wajah sendunya seakan ia tak memiliki beban berat. Duduk di kursi roda ia memandang putra pertamanya, putra pertamanya yang akan kembali merantau untuk mencari ilmu. Semburat mata wanita itu menatap kosong, seolah ruhnya sudah pergi hanya meninggalkan raga dan sedikit daging yang tersisa. Pandangan matanya kembali jatuh pada putranya yang sedang memakai sepatu dan bersiap untuk pergi merantau. Tatapan mata seorang Ibu yang penuh dengan kehangatan, kearifan, dan kasih sayang yang begitu besar. Disamping wanita itu juga ada seorang laki-laki, seorang laki-laki yang sudah bisa dikatakan tidak muda lagi. Laki-laki yang senantiasa berada disisinya, menjaga dan merawat wanita itu...